Kumpulan Puisi Rhe

Cerita dari hati

Cinta Dalam Angan Oktober 30, 2008

Filed under: Cerpen — rheifania @ 6:13 am

          Seperti kebanyakan wanita yang hidup di dunia, aku juga menginginkan sebuah cinta.Aku memang bukan anak orang berada.Ayahku cuma seorang karyawan toko yang penghasilannya pas –pasan.Sedangkan Ibu cuma seorang ibu rumah tangga.Sesekali ibu membantu ayah dengan menerima jahitan.Namun aku masih beruntung karena masih bisa meneruskan sekolah sampai SMA.Tak sedikit diantara teman-temanku setelah lulus SMP bekerja bahkan ada juga yang menikah.Sampai kini aku duduk di bangku SMA kelas 3, tak sedikit teman-temanku yang sudah menggendong anak.Keadaan orang tuaku yang seperti itu membuatku semakin bertekat untuk merubah ekonomi keluarga.Bahkan aku mengabaikan yang namanya cinta hanya untuk belajar dan mewujudkan cita-cita orang tua.

“Laras….ada teman kamu datang…” seru ibu dari balik pintu kamarku.Akupun bergegas membuka pintu kamar dan ku lihat ibu sudah ada di depanku.

“Ada apa sih bu….Laras lagi belajar…”

“Itu…ada temen kamu datang.Katanya namanya Aldo” jawab ibu.

“Aduh…..ada apa lagi sih cowok resek ini datang ke rumah…..” gerutuku dalam hati.Aku segera menemui Aldo yang sedari tadi sudah duduk manis di ruang tamu.Setelah aku tanya, dia malah berpamitan pulang sembari menyerahkan bungkusan yang aku sendiri nggak tahu apa isinya.

“Lho…teman kamu mana…..”tanya ibu yang muncul dengan nampan berisi air minum.Aku hanya bisa menggelengkan kepala sembari menyerahkan bungkusan yang di bawa Aldo kepada Ibu.

“Apa ini….” Tanya ibu

“Nggak tau bu…..Laras keluar, Aldo pamit pulang sambil ngasih itu.Ibu buka aja…” jawabku.Lalu Ibu membuka bungkusan yang di bawa Aldo.Ternyata yang di bawa itu kue ulang tahun berbentuk hati. Tepatnya kue black forest berbentuk hati bertuliskan ucapan selamat ulang tahun.

“Astaga…..hari ini kamu ulang tahun ya Laras….aduh…ibu sampai lupa” kata ibu sembari memelukku

“Jangankan Ibu….Laras aja juga lupa.” Jawabku

            Semalaman aku nggak bisa tidur.Aku masih memikirkan Aldo.Aku tahu dan aku sadar Aldo itu anak yang baik dan juga anak orang kaya.Sungguh beruntung cewek yang bisa mendapatkan cintanya. Tapi kenapa aku malah merasa tidak nyaman dengan cinta yang dia tawarkan.Masih teringat jelas olehku sebulan yang lalu Aldo menyatakan cinta padaku, aku menolaknya.Karena aku masih ingin konsentrasi dengan sekolahku dan keluarga.Aku ingin bisa meringankan beban orang tua, aku juga ingin menyekolahkan adikku yang masih kecil.Aku juga heran kenapa setelah penolakan itu Aldo malah semakin gencar mendekatiku.Perhatiannya yang berlebihan sempat menciptakan gosip di sekolah.Aku juga bingung kenapa dia bisa begitu ingat hari ulang tahunku yang aku sendiri tidak sempat untuk mengingatnya.

            Hari ini terasa berbeda bagiku.Selain bertambahnya umurku, ayah membelikan aku sepeda motor.Walaupun sepeda motor bekas dan tidak terlalu bagus, tapi aku cukup bahagia.Karena dengan begitu aku tidak akan telat lagi ke sekolah.Biasanya aku berangkat ke sekolah menunggu ibu pulang mengantar adikku sekolah.Karena sepeda di rumah kami cuma satu itu.Ada sepeda motor butut, itupun dipakai ayah bekerja.Tak jarang aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.

“Wah…..Laras…motor baru ya…..” tanya Rani teman sebangkuku.Aku hanya mengangguk.

“Motor bekas kok….” Jawabku

“Biarpun bekas tapikan masih bisa dipakai Ras….” Kata Rani.

Kami menuju kelas bersama-sama.Namun di depan kelas kami dikagetkan dengan keadaan kelas yang luar biasa.Kelas kami berubah seperti party room.Banyak hiasan di sana-sini.Dan anak-anak yang lain sudah berjajar rapi.Diantara mereka ada Aldo yang membawa kue black forest yang ukurannya lebih besar dari yang dia kirim kemarin ke rumah.Bahkan Pak Ridwan, wali kelas kami juga ada di antara mereka.

“Rani…..kenapa kamu nggak bilang ada acara seperti ini” bisikku pada Rani.

“Ye…..aku juga nggak tahu apa-apa.bahkan aku juga lupa kamu ulang tahun kemarin.Kalo inget pasti aku datang kerumah kamu….” Jawab Rani.

Memang masuk akal sih….kemarin hari minggu, kalau Rani ingat hari ulang tahunku pasti dia datang. Jadi sudah bisa ditebak, semua ini pasti ide Aldo.Tapi aku tidak bisa menghindar lagi.Apalagi ada Pak Ridwan di antara mereka.Bel istirahat berbunyi, setelah anak-anak meninggalkan kelas aku buru-buru menuju meja Aldo. Tampak dia tersenyum melihatku mendekatinya.Tapi aku nggak peduli dengan senyuman itu.Aku hanya ingin menanyakan apa maksud dari segala ide pesta kejutan itu.Aldo hanya menjawab pertanyaanku dengan senyuman lalu memberikan kado kecil untukku setelah itu meninggalkan aku sendiri dalam kelas.

“Laras….kok masih di sini??nggak ke kantin?” tanya Rani yang tiba-tiba muncul

“Itu apa??kado dari Aldo?” aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan Rani.

“Mau di buka dulu atau ke kantin?” tanya Rani kembali.Aku segera kembali ke bangku untuk meletakkan kado itu lalu menarik tangan Rani, kamipun menuju kantin sekolah.

            Setelah jam pelajaran usai aku bergegas pulang.Hari ini aku harus mengantar Ibu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk tante yang seminggu lalu opname karena demam berdarah.

“Laras…tunggu….boleh ikut sampai depan nggak??” pinta Rani.

“Aduh…gimana ya…aku buru-buru….tapi….Oke lah cepetan!!” aku dan Rani segera berlalu.

Setelah mengantar Rani aku segera pulang.Dan di depan rumah sudah tampak Ibu dan Leon adikku yang kelihatannya sudah lama menunggu kedatanganku.Tanpa basa-basi aku segera ganti baju, lalu mengantar Ibu ke rumah sakit.Tak berapa lama kami sampai di rumah sakit.Persis seperti bayanganku selama ini, bau obat menyebar di mana-mana.Memang selama ini selain tidak pernah mengenal nama cinta aku juga tidak mengenal yang namanya rumah sakit.Bukannya aku nggak pernah sakit, tapi aku tidak suka dengan rumah sakit.Pernah aku sakit demam tinggi dan dokter menyarankan untuk opname tapi aku tidak mau.Aku lebih memilih berobat jalan.Aku sendiri juga nggak tau kenapa aku begitu anti dengan yang namanya rumah sakit.Padahal dulu waktu masih kecil aku bercita-cita ingin jadi seorang dokter.Tapi cita-cita itu berubah saat aku mendengar cerita dan berita tentang malpraktek dan kecurangan-kecurangan lain oleh rumah sakit untuk meraih keuntungan.Bagiku di rumah sakit itu seperti jual beli nyawa.Bagi yang berduit bisa membeli nyawa disana, bagi yang tidak ya….berharap aja Tuhan masih berkehendak menyembuhkannya.

            Memasuki lorong demi lorong rumah sakit dan melihat orang-orang tergolek tak berdaya serta selang-selang infus, membuatku miris.Kamipun tiba di kamar tempat tanteku di rawat.Tubuhnya tampak lemah dan wajahnya pucat.Ku lihat di sekeliling ruangan.Ada dua orang lagi yang sakit dalam ruangan itu.Memang tanteku bukan orang berduit jadi hanya bisa menyewa kamar yang paling murah. Setelah berbincang sebentar dengan Om Rahmat, aku pamit meninggalkan ruangan sebentar.Tak ku sangka saat ke luar dari ruangan itu aku melihat Aldo dengan seorang Ibu.Mungkin itu mamanya. Untung saja dia tidak melihatku.Tapi aku melihat mereka masuk ke salah satu ruangan.Aku jadi penasaran ada perlu apa Aldo di sini.

“Suster…..” aku mencoba mencari keterangan dari suster yang lewat di depanku

“Ya Mbak…ada yang bisa saya bantu?” jawab suster itu lembut

“Itu sus….tadi ada seorang cowok dan ibu-ibu masuk ruangan itu, cowok itu teman saya namanya Aldo, suster tau nggak kenapa dia ada di sini dan masuk ruangan itu??” tanyaku pada suster itu.

“O…mas Aldo…dia masuk ruangan itu untuk periksa rutin.Karena dia mengidap penyakit gagal ginjal. Tapi Mbak ini siapa?” tanya suster itu

“Temennya” jawabku singkat.

            Semalaman aku tidak bisa tidur.Aku terus memikirkan Aldo dan penyakitnya itu.Pikiranku terus melayang-layang sampai ke masa lalu yang membuatku takut untuk mengenal cinta.Selama dua tahun ini aku berusaha menyembunyikan masa lalu itu.Tapi karena Aldo kenangan itu muncul kembali di benakku.Saat Mas Heri pergi meninggalkanku dulu.Mungkin sakit ini tak akan membekas dan menjadi trauma kalau kepergian Mas Heri itu untuk kembali.Karena kepergiannya untuk selamanya.Dan yang paling menyedihkan dia pergi sebelum tahu apa isi hatiku yang sebenarnya bahwa aku sangat mencintainya sama seperti dia mecintaiku.Bahkan sampai saat ini ra itu masih tertinggal dalam hatiku.

            Pagi ini aku terasa malas untuk pergi ke sekolah.Mungkin karena aku tidur terlalu malam sehingga rasa ngantuk masih membayangiku.Dengan setengah ngantuk akupun pergi ke kamar mandi. Dan setelah itu pergi ke sekolah.Jam demi jam di sekolah aku lalui dengan terus memikirkan Aldo dan Almarhum Mas Heri.Entah kenapa terkadang aku merasa ada kesamaan di antara mereka.Mereka sama sayang padaku tanpa mengharapkan balasan apapun dariku.Cinta yang mereka punya adalah cinta yang tulus.

“Laras….kamu ini kenapa sih….aku perhatiin dari tadi kamu melamun dan diam….aja” tanya Rani

“Nggak kok!!Cuma nggak enak badan aja” aku mencoba menyembunyikan kegundahanku dari Rani. Tapi Apa dikata Rani sudah terlanjur tahu kalo aku  sedanga dirundung masalah.Akhirnya dengan desakan Rani, aku menceritakan apa yang membuat hatiku resah selama ini.Akupun nggak bisa menahan air mata tatkala mengingat dan menceritakan tentang Mas Heri dan kecelakaan maut yang telah menrenggut nyawa Mas Heri sebelum aku menjawab pernyataan cintanya.

“Astaga Laras…..kok aku sampe nggak pernah tahu tentang ini semua….kenapa kamu nggak pernah cerita…Pantesan aku perhatiin sejak dua tahun yang lalu kamu berubah jadi orang yang begitu pendiam, ternyata….” Rani memelukku dan mencoba menenangkan aku yang sedari tadi menangis.

“Lalu bagaimana dengan Aldo….dari mana kamu tahu tentang penyakit Aldo??” tanya Rani kembali

“Kemarin aku kerumah sakit, aku melihat Aldo dan perempuan setengah baya, mungkin mamanya.Lalu aku tanya suster.Dari suster itulah aku tahu Rani…..” jawabku sambil mengusap air mataku

“Lalu apa yang harus aku lakukan….Apakah aku harus menerima Aldo??Lalu kalau aku menerimanya tidakkah aku mengkhianati Mas Heri…” tanyaku Pada Rani.

“Laras….aku juga nggak bisa jawab.Tapi kalo boleh aku kasih saran, kamu jangan sekali-kali menerima Aldo dengan alasan kamu kasihan kerena sakitnya Aldo.Kamu harus yakin saat kamu memutuskan untuk menerimanya kamu betul-betul mencintainya.Karena hubungan yang didasari rasa kasihan itu tidak baik.Lalu soal Mas Heri…kamu nggak boleh terus memikirkan dia.Dia sudah tenang di sana, jadi nggak seharusnya kamu terus meratapi apalagi sampe trauma nggak mau mengenal cinta.Asal kamu tau Laras…setiap orang pasti punya masalah, dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.Dan aku yakin Mas Heri juga pasti sedih melihat kamu seperti ini.” Jawab Rani.

“Jadi menurut kamu aku harus gimana…..” tanyaku lagi.

“Lebih baik kamu mendekati Aldo.Jadilah teman terbaik buat dia terlebih dahulu.Kalau kamu yakin ada cinta ya…kamu terima dia.” Jawab Rani

            Mungkin betul kata Rani, aku harus menjadi teman yang baik buat Aldo terlebih dahulu sebelum aku yakin kalau Aldolah yang bisa menggantikan posisi Mas heri di hatiku.Setelah itu Rani mengusap air mataku, lalu kami pergi ke kantin bersama-sama.Saat ke luar dari kelas kami berpapasan dengan Aldo.Aku mencoba memulai pendekatanku dengan mengajaknya ke kantin.Dan gayungpun bersambut, dia bersedia.Lalu kami bertiga ke kantin bersama-sama.

            Setelah hari itu aku dan Aldo menjadi teman dekat.Bahkan banyak yang gosipin kami jadian. Tapi aku tak peduli, Aldopun demikian.Setelah kedekatan kami, aku pikir Aldo akan berterus terang tentang sakitnya itu.Tapi ternyata tidak.Akhirnya aku berusaha memancing dia untuk menceritakan yang sebenarnya, dan Aldopun jujur tentang penyakitnya itu.

“Setelah tau semua ini kamu masih mau berteman denganku Laras??” tanya Aldo lirih.Aku hanya bisa mengangguk mendengar pertanyaan itu sambil menahan air mataku.

“Laras….kamu menangis???” tanya Aldo.Aku segera mengusap air mataku.

“Nggak…aku nggak nangis kok…” jawabku.Aldo merangkulku.Aku tak kuasa menahan air mataku lagi

“Laras….kamu mau berjanji untukku….” Kata Aldo lirih

“Kalau nanti aku pergi, aku nggak mau kamu menangisiku ya…” Aku tersentak mendengar perkataan Aldo itu.

“Kamu ini kenapa sih…masih terlalu pagi untuk ngomongin kepergian.Kamu akan sembuh…aku yakin itu…aku nggak mau kamu pergi…..” jawabku sambil menangis dan menjatuhkan diri dalam pelukan Aldo.Sesaat aku merasa yang memelukku adalah Mas Heri.Dan entah kenapa tanpa ku sadari bibirku berkata :

“aku sayang kamu….aku nggak mau kamu tinggalin sendiri….” Aldo masih saja diam.Aku juga nggak tau apa dia mendengarkan aku atau tidak.

            Kedekatanku dengan Aldo sudah terdengar sampai ketelinga orang tuaku dan orang tua Aldo. Bahkan pernah orang tua Aldo datang kerumah sekedar bertamu dan memberi makanan atau mainan untuk adikku.Sehingga para tetanggapun mempertanyakan tentang hubunganku dengan Aldo.Apalagi keluarga Aldo termasuk golongan orang berada bahkan orang yang sangat kaya.Tapi aku dan ke dua orang tuaku tak pernah ambil pusing dengan omongan orang.Orang tua Aldo juga meminta ke dua orang tuaku untuk mengijinkan aku menemi Aldo setiap ke rumah sakit.Karena menurut mereka hanya aku alasan Aldo untuk bertahan selama ini.Aku semakin tersanjung dan rasa sayang yang ku punya semakin membumbung tinggi.

“Laras……tunggu….” Aku menoleh.Ternyata Rani, ngapain dia di rumah sakit ya….

“Rani???ada apa???” tanyaku

“Tadi aku ke rumahmu, kata Leon kamu di sini, ya udah aku ke sini aja.Sekalian pengen tahu perkembangan Aldo.” Jawab Rani.

“Aldo makin memburuk Ran….aku sudah berulang kali mengatakan padanya agar di rawat saja, tapi dia tidak mau.Dia tetep ingin sekolah, dan diperlakukan seperti orang sehat.Aku bingung dan nggak tau harus berbuat apa….” Jawabku

“Kenapa nggak berobat keluar negeri aja…kan orang tua Aldo kaya…apalagi papanya juga seorang dokter” kata Rani.

“Aldo nggak mau….aku udah berulang kali membujuk dia, tapi percuma” jawabku singkat.

“Aku hanya bisa berharap ada mukjizat dari-Nya, lalu ada orang datang mendonorkan ginjalnya buat Aldo.” Kataku lagi

            Semakin hari kesehatan Aldo semakin menurun.Dan bersama menurunnya kesehatan Aldo itu rasa sayang yang ku miliki semakin menguat.Aku sangat takut kejadian dua tahun yang lalu akan terulang, aku takut Aldo pergi sebelum menyadari bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan.Aku tidak siap dengan semua ini.Apalagi dokter sudah memvonis kalau dalam jangka waktu 2 bulan ke depan tidak ada ginjal yang cocok, maka Aldo tidak akan terselamatkan.Kalau saja ginjalku ini cocok, aku pasti siap untuk mendonorkannya buat Aldo.

“Rani…bagaimana ini..” tanyaku pada Rani sambil menangis.Rani memelukku sambil menenangkanku

“Kamu yang sabar Laras…kalau kamu rapuh seperti ini bagaimana kamu bisa menguatkan hati Aldo? Kamu harus optimis…” kata Rani.

“Optimis kata kamu….keadaannya sudah seperti ini Rani…..” tangisku semakin meledak.Tiba-tiba pak Ridwan datang bersama orang tua Aldo.

“Laras…..” suara mama terdengar begitu menggetarkan.Entah kenapa jantung berdegub kencang. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Aldo….jangan-jangan….Aku mencoba mengusir pikiran negatif itu dan menghapus air mataku.Mama Aldo mendekatiku, dia menyerahkan sebuah kaset CD yang katanya dari Aldo.

“Laras…..kamu yang kuat ya nak……” kata Pak Ridwan dengan meneteskan air mata.Aku semakin bingung dengan semua ini.

“Apa maksud bapak…..tante….om…tolong jelasin ke Laras…apa maksud semua ini…” tanyaku

“Laras…..tante……..” tiba-tiba mama Aldo memelukku dengan tangis yang tak terbendung.Sedangkan papanya hanya terdiam.Aku memaksa Pak Ridwan untuk menceritakan semua ini.

“Laras….bapak tau kamu anak yang kuat.Jadi Bapak harap kamu juga kuat dengan semua ini…”

“Bapak….tolong…jangan berputar-putar seperti itu…katakan pada Laras ada apa sebenarnya, kenapa tante menangis, lalu apa maksud kaset CD ini….” Kataku pada Pak Ridwan

“Laras….Aldo…..Aldo sudah pergi….Aldo pergi meninggalkan kita semua….” Jawab Pak Ridwan. Bagai petir menyambar ku dengar berita itu.Aku tak percaya…..

“Tidak!!!!!!!Bapak bohong kan…..katakan pada Laras pak…..Bapak bohongkan…..” kataku sambil mengguncang-guncang tubuh Pak Ridwan.Pak Ridwan memelukku, dan tiba-tiba semua terlihat gelap aku tak bisa melihat apa-apa lagi.Aku hanya bisa mendengar samar-samar Rani dan yang lain memanggilku, sampai semua benar-benar terlihat gelap dan aku hanya bisa melihat Aldo bersama Mas Heri.Mereka melambaikan tangannya padaku, dan Aldo sempat mengusap air mataku.Lalu keduanya menghilang.Aku tersentak dan terbangun.Aldo!!hanya ada Aldo yang ada di pikiranku.Aku keluar dari kamar yang tidak asing bagiku, ya!!ini kamar Aldo, kamar yang penuh dengan foto-foto kami.Pelan aku membuka pintu kamar.Dan aku melihat teman-temanku duduk sambil mengaji.Di tengah-tengah tampak jasad Aldo yang siap di kebumikan.Rani mendekati dan membantu menuju jasad Aldo.Tangisku tak tertahan lagi.Aku tak menyangka, untuk ke dua kalinya aku kehilangan orang yang aku cinta sebelum sempat aku menyatakan rasa cintaku.Untuk kedua kalinya aku mencintai seseorang dalam angan saja. Kenapa nasib cintaku begitu buruk Ya Tuhan……

            Setelah Aldo di makamkan, mama Aldo memberikan aku sebuah bungkusan.Katanya titipan dari Aldo sebelum pergi.Ku buka bingkisan itu, ternyata isinya adalah kalung dengan bandul hati bertuliskan namaku dan sepasang cincin, serta sepucuk surat yang setelah ku baca berisi permintaan maaf Aldo dan permohonan Aldo agar aku tetap tegar.Tapi apa aku bisa???

“Laras…aku antar pulang ya….” kata Rani.Aku hanya menggeleng kepala sambil menatap pusara Aldo.

“Laras…sampai kapan kamu akan seperti ini nak….” Tanya mama Aldo.Aku hanya diam

“Laras ayolah….” Bujuk Ibu yang akhirnya meluluhkanku

            Setelah dari makam Aldo, aku langsung masuk kamar dan mengunci kamar rapat-rapat.Bahkan saat Ibu mengetuk pintu, aku tak beranjak sedikitpun.Sejenak aku teringat kaset CD yang di berikan Aldo. Aku segera mengambil dan memutarnya di kamarku.Air mataku tak terbendung melihat isi kaset CD itu. Semua kebersamaan kami, ada di sana.Kata-kata terakhir Aldo, semuanya membuatku semakin rapuh. Aku terus menangis dan menangis.Seandainya waktu dapat ku putar kembali, aku akan mencurahkan semua rasa cinta ini untuk Aldo.Tapi penyesalan itu tak akan pernah mengembalikan semuanya.Aldo sudah pergi, dan aku hanya bisa mencintainya dalam angan semata.Namun walaupun dalam angan, yang namanya cinta tetaplah cinta.Seperti aku mencintai Mas Heri dulu, cinta itu tetap ada walau dia telah tiada.Dan seperti itu pula Cintaku pada Aldo.Karena aku yakin, walau Mas Heri dan Aldo sudah tiada, tapi cinta mereka masih ada dan akan selalu ada buatku.

 

Note : Numpang pajang cerpen boleh dong……….

 

Rhe,

Jakarta, 27 Oktober 2008